Anatomi Fisiologi
hati terletak dibelakang tulang-tulang iga
atau (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas, hati memiliki berat
sekitar 1500 g dan dibagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus
oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan
membagi masa hati menjadi unit-unit yang lebih yang lebih kecil, yang disebut
lobulus.
Keperawatan medikal-bedah vol. 2 hal 1150
Hati merupakan
kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian teratas dalam rongga
abdomen sebelah kanan di bawah diafragma, hati secara luas dilindungi iga-iga.
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (Evelyn C.Pearce)
Fungsi hati
·
Meta bolisme karbohidrat :
§ Glikogenesis :
pembentukan glukosa menjadi glikogen
§ Glikogenolisis :
pembentukan glikogen menjadi glukosa
§ Glukoneogenesis : pementukan
glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari protein, dan lemak
·
Pembentukan dan sekresi empedu
·
Penyimpanan vitamin dan mineral :
§ Glikogen
§ Vitamin larut lemak (A, D, E, K dan B12)
§ Zat besi
·
Metabolisme lemak : ketogenesis dan sintesis
kolesterol
·
Metabolisme protein:
§ Sintesis : albumin
(mengatur tekanan osmotik koloid plasma)
§ Sintesis plasma protein : protombin, fibrinogen
§ Pembentukan urea : urea dibentuk didalam hati NH3, di
sekresi melalui urine dan feses
Ani haryani, S. Kep (hal 222)
Definisi
chirosis hepatis
Chirrosis hepatis penyakit yang ditandai oleh
adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi
jaringan ikat, degenerasi, dan regnerasi sel-sel hati, sehingga timbul
kekacauan dalam susunan parenkim hati.
Kapita Selekta Kedokteran UI edisi ketiga Jilid 1 hal 508
Sirosis hati adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan
ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati sehingga timbul kekacauan dalam
susunan parenkim hati.
Arif mansjoer,FKUI. 1999
Istilah sirosis diberikan
oleh laence tahun 1819, yang berasal dari kata khirros yang berarti kuning
orange (orange yellow), karena perybahan warna pada nodul-nodul.
Ø Suatu keadaan
disorganisasi yang berubahan dari struktur hati yang normal akibat nodul
regeneratif yang dikelilingi jaringan fibrosis.
Kesimpulan
Sirosis adalah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan
parut yang difus di hati. Jaringan hati normal di gantikan oleh nodus-nodus
fibrosa keras serta pita-pita fibrosa yang mengerut dan mengeliligi hepatosit.
Dan fungsi hati normal terganggu, sehingga terjadi pengerasan hati.
Etiologi
Secara morfologi, serosis di bagi atas jenis mikronodular
(portal), makronodular (pascanekrotik) dan jenis campuran, sedang dalam klinik
dikenal 3 jenis, yaitu portal, pasca nekrotik, dan bilier. Penyakit-penyakit
yang diduga dapat menjadi penyebab sirosis hepatis antara lain.
·
Malnutrisi
·
Alkoholisme
Alkohol
adalah salah satu penyebab sirosis hepatis karena sifat alkohol itu sendiri
merupakan zat toksik bagi tubuh yang langsung terabsorbsi oleh hati yang dapat
juga menjadikan perlemakan hati
·
Virushepatitis
Hepatitis
virus yang telah menginfeksi sel semakin lama akan berkembang menjadi sirosis
hepatis
·
Kegagalan
jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
·
Penyakit
wilson
·
Hemokromatosis
Kelebihan
zat besi juga akan semakin memnperberat kerja hati sehingga hati tidakdapat
mengolah zat besi di absrobsi tubuh tetapi zat besi akan tertimbun dalam jumlah
banyak yang dapat menyebabkan sirosis hepatis
·
Zat
toksik
·
Dan
lain-lain
kapita selekta kedokteran UI edisi
ketiga jilid 1 hal 508
Hepatitis
Hepatitis
adalah peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh
toksin termasuk alkohol, dan dijumpai pada kankerhati, gejala dan tanda
masing-masing hepatitis serupa, namun cara penularan dan hasil akhirnya mungkin
berbeda.
Elizabeth j. Corwin (hal 660)
Jenis hepatitis
·
Hepatitis A
·
Hepatitis B
·
Hepatitis C
·
Hepatitis D
·
Hepatitis E
Hepatitis A
Dinamakan hepetitis infeksiosa,
disebabkan oleh virus RNAdari vamili enterovirus, penularan penyakit ini adalah
melalui jalur rektal-oral, terutama
melalui konsumsi makanan dan minumanyang tercemar virus tersebu masa inkubasi
dari 1 sampai 7minggu bahkan sampai 30 hari.
Gejala :
a)
Pasien tidak ikterik
b)
Infeksi saluran nafas
c)
Anoreksia
d)
Urine berwarna gelap
e)
Nyeri epigastrium
f)
Mual
g)
Nyeri uluhati
h)
Menolak bau-bau keras seperti roko
Hepatitis B
Ø
Hepatitis B akut:infeksi akut dengan gejala
utama berhubungn erat dengan adanya nekrosis pada hati
Ø Hepatitis
B kronik:berupa penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau
laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi, selama 6 bln.
Hepatitis kronik
·
Hepatitis kronik Persisten: hepatitis yang mempunyai prognosis baik dan
akan sembuh sempurna
·
Hepatitis kronik aktif : hepatitis yang berakhir menjadi Chirrosis
hepatis
Hepatitis C
Masa inkubasi hepatitis C
bervariasi dan dapt berkisar 115 hingga 160 hari. Ditularkan melalui darah (angka penularan melalui
kelamin rendah).
Hepatitis
D
Hepatitis D sering dijumpai
diantara pemakai obat-obat IV, pasien pasien hemodialis dan penerima tranfusi
darah dengan donor multiple. Masa ikubasi bervariasi antara 21 sampai 140
hari.gejalanya sama dengan hepatitis B, kecuali pasien lebih cenderung untuk
menderita hepatitis pulminan dan berlanjut menjadi hepatitis kronis serta
sirosis hati. Terapi hepatitis D sama dengan te
rapi penderita hepatitis lain,
kecuali interferon karena untuk hepatitis D masih diselidiki.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah jenis virus hepatitis yang baru teridentifikasi,
ditularkan melalui jalur fekal-oral. Masa ikubasi bervariasi berkisar antara 15
hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya sama dengan hepatitis yang lain.
Tanda dan gejala
hepatitis
·
Anemia
·
Defisiensi nutrisi
·
Kelelahan edema
·
Mual dan muntah
·
Febris
·
Sesak nafas
·
Anoreksia
·
Pendarahan esofagus
·
Acites
·
Ikterus
Keperawatan medikal-bedah vol. 2 (hal
1169-1176)
Komplikasi penyakit
sirosis hepatis
Dalam keadaan penderita yang berat sangatlah sulit di bedakan apakah
keadaan berikut merupakan stadium lanjut dari gagal hati atau merupakan
komplikasi dari kelainan ini. Untuk gagal hati akut komplikasi dapat terjadi
setiap saat, sedangkan pada sirosis hati atau penyakit hati menahun lainnya
lainnya dapat terjadi apaabila koma berlangsung lama (lebih dari 1 minggu)
Umumnya komplikasiyang dapat terjadi adalah :
1. Edema otak : dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan
intracranial,sehingga dapat menyebabkan kematian. Dijumpai pada 30-40% dari
kasus-kasus fatal.
2. Gagal ginjal : akibat penurunan perfusi ke kortek
ginjal terdapat pada sekitar 40% kasus.
3. Kelainan asambasa : hamper selalu terjadi alkalosis
respiratorik hiper ventilasi, sedangkan aalkalosis metabolic terjadi akibat
hipokalemia. Asidosis metabolic dapat terjadi karena penumpukan asam laktat
atau asam orgaanik lainnya karena gagal ginjal.
4. Hipoksia : sering terjadi karena edema paru atau
radang paru akibat peningkatan premeabilitas pembuluh darah kapiler di jaringan
interstisil atau alveoli.
5. Gangguan faal hemostasis dan pendarahan terjadi pada
40-70% kasus.
6. Gangguan metabolism (hipoglikemia) dan gangguan
keseimbangan elektrolit (hipokalsemia).
7. Kerentanan terhadap infeksi : sering terjadi sepsis
terutama karena bakteri gram negative, peritonitis, infeksi jalan nafas atau
paru.
8. Gangguan sirkulasi : pada tahap akhir dapat terjadi
hipotensi, bradikardi maupun henti jantung.
9. Pankreaatitis akut : jarang terjadi sulit diketahui
semasih hidup sering ditemukan postmortem.
gawat darurat
penyakit dalam (wayan mega astera hal. 69-70)
Prosedur diagnostik
·
USG,
menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu, dan saluran
empedu
·
CT
scan,bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk
mencari tumor
·
MRI,
memberikan gambaran yang sempurna mirip dengan CT scan,dapat mendeteksi aliran
darah dan sumbatan pada pembuluh darah Pemeriksaan ini ebih mahal dari CT Scan
·
Scan / biopsy hati : mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis,
kerusakan jaringan hati
·
Kolesistografi / kolangiografi : memperlihatkan penyakit duktus empedu yang
mungkin sebagai faktor predisposisi
·
Esofagoskopi : dapat melihat adanya parises esophagus
Keperawatan medikal-bedah vol. 2 (hal 1179)
Penata laksanaan medis
·
Berikan antasida untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan
penderahan di lambung
·
Vitamin dan supemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel
hati yang rusak dan memperbaiki status pasien
·
Pemberian preparat diuretik untuk mengurangi asites
·
Asupan protein dan kalori yang adekuat
·
Colchicine merupakan preparat anti inflamasi
Penatalaksanaan diet
v
Diet
rendah protein(Protein 1 g/kg BB, 5,5 g protein, 2000 kalori
v
Diet
rendah garam II (600 – 800)
v
Bila
ada tanda- tanda prekoma atau koma hepatikumjumlah protein dalam makanan
dihentikan
(Kapita selekta)
Therapy
•
Vitamin K ( koagulan/pembekuan), sebagai koenzim
yang mensintesa factor pembekuan darah. Vitamin K berfungsi juga untuk
metabolisme kalsium dan perkembangan tulang.
•
Lasik merupakan obat yang berfungsi untuk
diuresis kuat dna titik kerjanya dilengkungan henle berguna menikan dan sangat
efektif pada keadaan edema diotak dan paru-paru yang akut.
•
Vitazim merupakan vitamin yang berguna untuk
memperlancar metabolisme
•
Actrapid berguna untuk menurunkan kadar gula
darah dimakan ½-1jam sebelum makan.
•
Diet TKTP
•
Diet TKTP untuk membantu metabolisme protein
dalam hati sehingga membentuk asam amino yang dibutuhkan untuk pembentukan
energi, selain itu kalori gunanya untuk energi dan protein untuk proses
penyembuhan.
Patofisiologi sirosis hepatis
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRIROSIS HEPATIS
KASUS
Ny A (55 tahun) datang ke Rumah sakit
dengan keuluhan utama mual dan muntah darh. Sehari sebelum masuk RS pasien
mengeluh sesak nafas, nafsu makan menurun, mual (+), muntah merah kehitaman
kurang lebih 2 gelas, BAB hitam, urine kuning pekat, mata dan wajahnya tampak
kuning. Pasien segera dibawa ke RS.
Pada saat pengkajian : kesadaran pasien
compos mentis, tampak sesak, wajah pucat, lemah, lengan kurus, konjungtiva
anemis, sklera ikterik, JVP tak meningkat, ronchi (+/+), hasil rontgen terbaca
adanya effusi pleura bilateral.
Abdomen : tampak cembung, acites, hepatomegali,
spidernevi (+), extermitas atas : tidak ada edema, extermitas bawah : edema,
pitting edema +2, TTV : BP 110/70, HR 100 x/menit, RR 28 x/menit, Temp 38˚C,
terpasang oksigen 4 lt/menit binasal kanul dan NGT/
Hasil laboratorium saat masuk RS :
Hb. 7 gr %, Lekosit 10.600, PCV 35,
Trombosit : 360.000, Gula Darah Sewaktu : 90, SGOT : 135, SGPT : 150, Ureum :
46, Kreatinin : 5.2, Natrium : 3.0, Kalium : 4.0, Albumin : 1.9, Bilirubin
Total : 10.5, Bilirubin Direk : 20, Protein total : 6.0
Hasil USG : kesan tampak pem besaran
hepar e.c Chirrosis Hepatis
Therapy/ Vitamin K 2 x 1 ampul / IV ; Lasik 2 x 40 m g / IV
Vitazim
3 x 1 tab p.sonde ; Vometa 3 x 1tab p.sonde
Infus RL : Comafusin Hepar : Martos = 2
: 1 : 1 = 2000 cc per 24 jam, Diit cair TKTP
Rencana transfusi PRC 2 labu dan
Albumin 1 x 1 labu untuk 3 hari, Rencana Bilas Lambung.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien adalah penderita Hepatitis B dan
HBs Ag (+) sejak 7tahun yang lalu.
A. Pengkajian
1)
Identitas pasien
Nama : Ny A
Umur : 55 tahun
Agama : tidak terkaji
Alamat : tidak terkaji
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : tidak terkaji
Suku bangsa : tidak terkaji
Tanggal masuk : tidak terkaji
Tanggal pengkajian : tidak terkaji
Waktu : tidak terkaji
Diagnose medis : Chirrosis Hepatis
2)
Penanggung jawab pasien
Nama : tidak terkaji
Alamat : tidak terkaji
Pekerjaan : tidak terkaji
Hubungan dengan pasien : tidak terkaji
B. Riwayat kesehatan
1)
Keluhan utama
Mual
dan muntah darah
2)
Riwayat kesehatan sekarang
Sehari
sebelum masuk RS pasien mengeluh sesak nafas, nafsu makan menurun, mual (+),
muntah merah kehitaman kurang lebih 2 gelas, BAB hitam, urine kuning pekat,
mata dan wajahnya tampak kuning. Pasien segera dibawa ke RS.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Pasien
adalah penderita Hepatitis B dan HBs Ag (+) sejak 7 tahun yang lalu.
4)
Riwayat penyakit keluarga
Tidak terkaji
C. Observasi dan pemeriksaan fisik
1)
Keadaan umum
: Compos mentis; GCS: tidak terkaji
TTV : TD: 110/70 mmHg
N:
100 x/mnt
R:
28 x/mnt
S:
38°C
2)
Pengukuran antropometri
BB : tidak terkaji
TB: tidak terkaji
3)
System pengelihatan
Konjungtiva anemis, sclera ikterik
4)
System pernapasan
Klien
sesak napas, ronchi (+/+), hasil rontgen terbaca adanya effusi pleura
bilateral. RR 28 x/mnt, terpasang oksigen 4 lt/mnt binasal kanul.
5)
System kardiovaskuler
JVP tidak meningkat, TD: 110/70 mmHg,
N: 100 x/mnt.
6)
System pencernaan
Nafsu
makan klien menurun, mual (+), muntah merah kehitaman kurang lebih 2 gelas, BAB
hitam, abdomen tampak cembung, ascites, terdapat hepatomegali.
7)
System perkemihan
Urine berwarna kuning pekat.
8)
System musculoskeletal
Lengan
atas kurus, ekstremitas atas tidak ada edema, ekstremitas bawah edema, pittig
edema +2.
9)
System integument
Terdapat spiderNevi (+)
D. Pola aktivitas sehari-hari
E. Data penunjang
a)
Hasil laboratorium
No
|
JENIS
PEERIKSAAN
|
HASIL
|
NILAI NORMAL
|
SATUAN
|
1
|
Hematologi
-
Hemoglobin
-
Leukosit
-
Hematokrit
-
Trombosit
-
Eritrosit
|
7
10.600
-
360.000
-
|
12,0- 16,0
4.400 –
11.300
35 - 47
150.000 –
450.000
3,6 – 5,6
|
gr/dL
mm³
%
mm³
juta/UL
|
3
|
Kimiaklinik
-
AST (SGOT)
-
ACT (SGPT)
-
Ureum
-
Kreatinin
|
135
150
46
5,2
|
<50
<50
15 – 50
0,7 – 1,2
|
U/L 37º
U/L 37º
mg/dL
mg/dL
|
4
|
Glukosa Darah
Sewaktu
-
GDS
-
Natrium (Na)
-
Kalium (K)
-
Kalsium ©
|
90
3,00
4,00
|
120
135 -145
3,6 – 5,5
4,7 – 5,2
|
mEq/L
mEq/L
mEq/L
|
5
|
Pemeriksaan
Protein
- Protein total
- Albumin
|
6,0
1.9
|
7-7,5
3.5-5.5
|
g/dl
g/dl
|
6
|
Pemeriksaan Pigmen
- Bilirubin direk
-Bilirubin Total
|
20
10,5
|
0-0,3
0-0,9
|
Mg/dl
Mg/24 jam
|
Pemeriksaan
1.
Jenis pemeriksaan: USG
Tanggal : tidak terkaji
Hasil : pembesaran hepar e.c
Chirrosis Hepatis
2.
Jenis pemeriksaan : rontgen
Tanggal : tidak terkaji
Hasil : effuse pleura
bilateral
b)
Therapy:
-
Vitamin K 2x1 ampul/ IV
-
Lasik 2x40 mg/ IV
-
Vitazim 3x1 tab p.sonde
-
Vometa 3x1 tab p.sonde
-
Infuse RL: Comafusin hepar: Martos = 2:1:1 = 2000 cc per 24
jam
-
Diit cair TKTP
-
Rencana transfuse PRC 2 labu dan Albumin 1x1 labu untuk 3
hari
-
Rencana bilas lambung
F. Analisa data
Data
|
Kemungkinan penyebab
|
Masalah
|
DS: klien mengeluh sesak nafas
DO: klien tampak sesak, RR: 28x/ mnt, terdengar
bunyi ronchi
|
Hati
↓
Virus hepatitis
↓
Infeksi
↓
Peradangan
↓
Nekrosis
↓
Sirosis
↓
Hiprtensi portal
↓
↑ resistensi aliran darah
↓
↑ kapiler ke rongga abdomen
↓
Cairan keluar dan masuk ke
perineum
↓
Asites
↓
Penekanan diagfragma
↓
Rongga paru menyempit
↓
Sesak
|
Pola nafas tidak efektif b.d sesak
|
DS: klien mengatakan nafsu makan menurun, klien mengeluh
mual, muntah merah kehitaman ±2 gelas
DO: klien terlihat lemah, lengan kurus
|
Hati
↓
Virus hepatitis
↓
Inveksi
↓
Peradangan
↓
Nekrosis
↓
Sirosis
↓
Distensi/ iritasi lambung
↓
Merangsang pusat medulla
↓
Mual, muntah
|
Ketidak seimbangan nutrisi b.d mual muntah
|
DS: -
DO: edema ekstermitas bawah, pitting edema +2,
acites
|
Hati
↓
Virus hepatitis
↓
Infeksi
↓
Peradangan
↓
Nekrosis
↓
Sirosis
↓
Hipertensi portal
↓
↑ resistensi aliran darah
↓
↑ kapiler ke rongga abdomen
↓
Cairan keluar dari hati masuk ke perineum
↓
Acites
↓
Albumin keluar
↓
Protein darah ↑
↓
Tk. Osmotik ↑
↓
Edema interstisium
↓
Grafitasi
↓
Edema ekstremitas bawah
|
Kelebihan volume cairan b.d edema
|
G. Diagnose berdasarkan prioritas
a.
Pola nafas tidak efektif b.d sesak
b.
Ketidak seimbangan nutrisi b.d mual, muntah
c.
Kelebihan volume cairan b.d edema
H. Rencana asuhan keperawatan
Nama : Ny.
A
No. medrec : tidak terkaji
Ruangan : tidak
terkaji Diagnosa medis : chirrosis hepatis
No.
|
Diagnose keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pola nafas tidak efektif b.d sesak ditandai dengan
DS: klien mengeluh sesak nafas
DO: klien tampak sesak, RR: 28x/ mnt, terdengar
bunyi ronchi
|
Setelah di lakukan perwatan selama 2x24jam pasien
dapat bernafas tanpa alat bantu. Kriteria hasil:
Status pernapasan:
1.
Frekuensi
pernapasan 16-20 x/mnt
2.
Bunyi
pernapasan saat di auskultasi baik paru-paru kanan maupun paru-paru kiri
berbunyi vesikuler
Status ventilasi:
1.
Mendapatkan
oksigen dengan maksimal
2.
Pertukaran
karbon dioksida dengan lancar
3.
Bunyi napas
bersih tidak ada dispneu/ ortopneu
Tanda tanda vital:
1.
BP: sistolik
90-120 mmHg; diastolic 60-80 mmHg
2.
RR: 16-20
x/mnt
3.
HR: 60-100
x/mnt
4.
Temp:
36,5°C-37,5°C
|
1. berikan terapi O2 4 lt/mnt binasal
canul
2. atur posisi klien semi fowler
3. pantau TTV
4. kaji status pernafasannya;
frekuensi, irama, kedalaman, suara nafas, pantau pergerakan dada, lihat
kesimetrisannya apakah menggunakan pergerakan otot-otot tambahan seperti otot
intercosta
5. penyuluhan kepada keluarga agar
tahu pada saat terjadi ketidak efektifan pola nafas
|
1.
memenuhi kebutuhan O2 pasien
2.
memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan
diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi secret
3.
menunjukan munculnya infeksi dan komplikasi
4.
pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada
sehubungan dengan hipoksia dan/atau akumulasi cairan dalam abdomen
|
2
|
Ketidak seimbangan nutrisi b.d mual, muntah ditandai
dengan
DS: klien mengatakan nafsu makan menurun, klien
mengeluh mual, muntah merah kehitaman ±2 gelas
DO: klien terlihat lemah, lengan kurus
|
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam nutrisi
klien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil:
Mengatasi mual:
1.
kaji kapan muncul rasa mual
2.
kaji yang mengakubatkan rasa mual
Status nutrisi:
1.
pemasukan gizi dengan diet cair TKTP
2.
diet rendah garam
3.
pemasukan makanan sesuai dengan yang dibutuhkan
klien
4.
berat badan bertambah
pemberian
makan lewat selang atau NGT
|
1.
management mual, muntah
2.
ajarkan klien untuk menelan secara sadar atau napas
dalam untuk menekan reflex muntah
3.
berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan
nutrisi
4.
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang di butuhkan klien
5.
kolaborasi untuk tindakan bilas lambung
6.
berikan obat yang di resepkan untuk mengatasi mual,
muntah
7.
terapi nutrisi: pasang NGT
|
1.
mencegah dan meredakan mual, muntah
2.
meminimalkan mual dan muntah
3.
buruknya toleransi terhadap makan banyak mungkin
berhubungan dengan peningkatan tekanan inra abdomen/ asites. Pasien mungkin
makan lebih baik bila keluarga terlibat
4.
agar kebutuhan nutrisi klien tepat
5.
untuk mengeluarkan darah yang ada pada lambung,
mencegah terjadinya iritasi pada lambung
6.
7.
pasien cenderung mengalami luka dan/atau pendarahan
gusi dan rasa tidak enak pada mulut dimana menambah anoreksia
|
3
|
Kelebihan
volume cairan b.d edema ditandai dengan
DS: -
DO: edema
ekstermitas bawah, pitting edema +2, acites
|
Setelah
dilakukan perawatan selama 3x24 jam cairan dalam tubuh seimbang.
Kriteria
hasil:
1.
tidak ada pitting edema
2.
acites berkurang
3.
hasil rontgen tidak tampak efusi bilateral.
Tanda-tanda
vital:
1.
BP: sistolik 90-120 mmHg
2.
RR: 16-20 x/mnt
3.
HR: 60-100 x/mnt
4.
Temp 36,5°C-37,5°C
|
Menejemen cairan
·
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·
Pasang urin kateter jika diperlukan
·
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
·
Monitor TTV
·
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena leher, asites)
·
Kaji lokasi dan luas edema
·
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
·
Berikan diuretik sesuai interuksi
·
Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
·
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Monitoring cairan
·
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminasi
·
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
·
Monitor berat badan
·
Monitor serum dan elektrolit urine
·
Monitor serum dan osmilalitas urine
·
Monitor BP, HR, dan RR
·
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung
·
Monitor parameter hemodinamik infasif
·
Catat secara akurat intake dan output
·
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
·
Monitor tanda dan gejala dari odema
|
1.
Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mengatur keseimbangan
Cairan
2.
Untuk memantau intake output cairan
3.
Menunjukan status volume sirkulasi, terjadinya/
perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi
|
KESIMPULAN
Sirosis hepatis merupakan penyakit lanjut dari penyakit hati yang
menyebabkan terganggunya berbagai fungsi tubuh yang berhubungan dengan hati.
Diantaranya pada system pencernaan seperti BAB menjadi hitam,dan urine
pekat.pada system sirkulasi cairan terjadinya edema dan acites. Pada system
metabolisme nutrisi menjadi terganggu. Yang menyebabkan pasien rentan terhadap
berbagai komplikasi yang dapat menyertainya..
Oleh karena itu ketepatan diagnose dan penanganan yang berkolaborasi
secara tepat sangat dibutuhkan dalam penata laksanaan sirosis hati.
Komentar
Posting Komentar